Maksud dengan kutukan sumber daya
alam disini adalah adanya sebuah fenomena dimana sebuah negara yang memiliki
sumber daya alam yang berlimpah mengalami krisis, seperti kemiskinan, perang
saudara dll yang banyak menyangkut masalah ekonomi dan sosisal. Indonesia
misalnya, memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan tersebar dari sabang
sampai merauke tapi kemampuan ekonomi indonesia belum cukup bisa bersaing
dengan negara lain dan masih masuk dalam negara berkembang. Banyak negara yang
mengalami kasus sama dengan indonesia seperti bangsa afrika barat, negara timur
tengah, rusia, amerika latin dan umunya negara berkembang dan miskin.
Untuk memahami mengapa negara-negara
bekembang yang kaya akan sumber daya alam memiliki kinerja yang buruk, dinamakan
natural resource curse. Pertama, karena banyak negara berkembang secara ekonomi
bergantung pada sumber daya alam. Kedua negara dengan sumber daya melimpah
merupakan negara kaya dengan penduduk miskin menunjukkan tidak berjalan baiknya
globalisasi, mereka cenderung tidak bisa mengolah sumber daya yang berlebihan
untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin. Selain itu faktor keserakahan para
pejabat atau penguasa juga mempengaruhi negara ini tetap miskin, semua penguasa
cenderung ribut memperebutkan hal kepemilikan atau paling tidak mendapat untung
sebanyak mungkin terhadap proyek negara yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam sehingga terjadinya betrok kepentingan yang memicu konflik,
sehingga para penguasa tidak lagi memikirkan kesejahteraan masyarakat melainkan
berlomba-lomba memperkaya diri sendiri. Tidak hanya di lingkaran para pejabat,
masyarakat pun akan ikut berkonflik apabila menyangkut masalah ini, seperti
kasus di salah satu wilayah Kongo kaya bernama Katanga yang ingin memisahkan diri
terhapad negara kongo, namun dengan pertarungan sengit dan memakai kekerasan
wilayah tersebut kembali masuk ke dalam negara Kongo. Dapat dilihat bahwa
negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah bahkan sulit mencapai kata
demokrasi, karena banyaknya konflik kepentingan masing-masing wilayah atau
pribadi dan kelompok, sehingga integritas bangsa negara sebagai satu kesatuan
akan melemah dan akan mudah masuknya pengaruh asing terhadap negara dan
pemerintahan.
Banyaknya sumber daya alam disuatu
negara seharusnya membuat masyarakat menjadi makmur, karena punya modal yang
lebih dibandingkan negara lainnya. Namun pada kenyataannya, sumber daya yang
melimpah ini tidak sepenuhnya jatuh ketangan rakyat, lagi-lagi praktek KKN
selalu menghiasi suatu kebijakan bahkan hampir disetiap negara. Paktek suap
untuk membeli sumber daya alam seperti minyak bumi yang seharusnya milik
pemerintah diprivatisasi, yang sebenarnya privatisasi hanyalah perhalusan dari
kata suap. Para pejabat negara yang bertanggung jawab diberi suap oleh
perusahaan asing untuk melakukan privatisasi, hal ini jelas sangat merugikan
pemerintah, meskipun terlihat seperti negara mendapat pemasukan banyak, tapi
itu hanya dalam jangka yang pendek tanpa adanya investasi dari pendapatan maka
kehancuran hanya menunggu waktu. Sumber daya yang dikuasai asing akan
sepenuhnya dieksploitasi sehingga akan menimbulkan kerusakan ingkungan yang
berdampak pada negara dan yang akan menanggung hal tersebut bukanlah asing,
tetapi adalah negara sendiri. Namun menurut pendapat saya pribadi hal tersebut
tidak sepenuhnya salah karena penjualan sumber daya tidak salah apabila
alasannya jelas, seperti adanya krisis yang amat sangat parah dan apabila
sumber daya tersebut tidak mampu manusia pribumi mengelola, akan lebih baik apabila
sumber daya tersebut dimanfaatkan oleh yang lebih ahli dengan catatan
keuntungan dari privatisasi tersebut dijadikan investasi dibidang yang lebih
bermanfaat dan menghasilkan keuntungan jangka panjang dan tidak merusak
lingkungan negara sendiri, saya rasa tidak masalah apabila melakukan
privatisasi dengan cara ini.
Negara dengan sumber daya yang kaya
mempunyai kecenderungan untuk menghamburkan uang. Uang yang mudah didapat akan
mudah habis, seperti contoh dana yang digunakan untuk sebuah proyek yang nialainya
nesar tidak seberapa tapi dana untuk konstituen sebagai alat demikrasi lebih
mahal, ini juga tidak lepas dari praktek KKN. Selain karena tidak bisa
membelanjakan dan memanfaatkan uang dan sumber daya dengan baik, terdapat
masalah lain dengan sumber dayanya, sumber daya alam sangat tidak stabil, harga
cenderung berubah, sehingga menciptakan pola boom and-bust dalam ekonomi,
artinya ketika harga tinggi, negara menghabiskan uang sehingga gagal
mengantisipasi harga yang jatih dikemudian hari. Ketika harga minyak rendah,
terjadi kebangkrutan dan kejatuhan ekonomi, booming ekonomi menghasilkan
booming real estate yaitu dimana peminjaman uang di bank lebih mudah, karena
yakin bahwa niali realestate yang tinggi dapat dijadikan jaminan yang merupakan
persyaratan dari bank. Ketika jatuhnya harga sumber daya alam diikuti dengan
jatuhnya harga real estate, sistem perbankan menjadi lemah dan bank dipakssa
untuk emmotong peminjaman, menyebabkan tesesi ekonomi yang lebih dalam. Selain
itu bank juga bersedia meminjamkan dananya untuk negara dengan sumber daya alam
yang kaya ketika harga sumber daya alam naik dan akan sulit apabila harganya
menjadi rendah, karena bank akan menarik pinjaman sedangkan negara dalam krisis
karena uang pemasukan berkurang, karena itu negara dengan sumber daya alam yang
kaya selalu mempunyai banyak hutang. Dan negara berkembang mempunyai kemampuan
bertahan terhadapa ketidakstabilan hasil ekspor dibanding negara maju.
Selain itu pemasukan dan industri di
bidang sumber daya alam mengakibatkan perusahaan-perusahaan lain tidak dapat
bekompetisi, sehingga pertumbuhan pada sektor non sumber daya alam melambat
sehingga meningkatkan jumlah oenganggutan karena sektor sumber daya alam
relatif mempekerjakan sedikit orang.
Peran negara maju sangat besar
disini karena merkalah melakukan privatisasi atau memonopoli sumber daya alam
negara sumber daya yang melimpah. Dengan praktek suap dan korupsi, mereka
membuat mental negara dengan SDA yang kaya tersebut terjajah, memberikan
pinjaman yang banyak dan sulit untuk dibayar sehingga mereka dapat mengontrol
negar tersebut, memaksa sebuah kebijakan yang menguntungkan mereka, seperti
praktek yang dilakukan oleh IMF, mereka melemahkan reformasi dengan mengabaikan
dampak kebijakan yang mereka buat terhadap prilaku ekonomi dan politik.
Penyakit Belanda
Pernahkah anda mendengar istilah penyakit Belanda?. Ini bukan nama penyakit medis sejenis flu atau lainnya, melainkan ini adalah sebuah penyakit dalam perekonomian suatu negara. Economist menemukan istilah penyakit Belanda sekitar tahun 1970-an. Istilah ini menggambarkan krisis yang terjadi di perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun 1960-an setelah ditemukannya ladang gas alam. Dalam kasus Belanda waktu itu, permintaan terhadap gas alam dari luar negeri meningkat, peningkatan ekspor gas alam menyebabkan permintaan terhadap mata uang negara itu juga meningkat. Dengan meningkatnya pembelian mata uang Belanda (gulden), maka nilai mata uang negara tersebut terhadap mata uang utama yaitu US dolar, franc Swiss dan lainnya akan menguat.
Dampak dari terjadinya penyakit Belanda ini, ekspor Belanda non-gas alam akan mengalami kerugian kompetitif karena harganya akan lebih mahal akibat penguatan mata uang dalam negeri. Hal ini disebabkan para produsen barang ekspor membiayai operasional perusahaannya dalam bentuk gulden dan mendapat pemasukan hasil ekspor dalam bentuk valuta asing utama misalnya US dolar. Penguatan gulden terhadap US dolar akan menyebabkan produsen barang ekspor non-gas alam memperoleh margin yang tipis dalam bentuk gulden, atau alternatifnya produsen mau tidak mau harus menaikkan harga barang ekspornya yang berdenominasi US dolar.
Gejala penyakit Belanda juga pernah dialami Rusia dalam kurun waktu 1998-2006 ketika ekspor minyak dan gas negara tersebut meningkat dan menaikkan nilai rubel Rusia dua kali lipat. Hal ini menyebabkan komoditas di luar minyak dan gas mengalami kerugian kompetitif. Persoalan harga memang hampir selalu menjadi pertimbangan utama, namun bicara soal competitiveness barang ekspor tidak melulu soal harga, melainkan juga kualitas. Ingat, akan selalu ada tempat di hati konsumen untuk produk berkualitas.
The Tragedy Of The Common
da yang menarik bagi saya dalam perjalanan saya dan beberapa teman ke Godean kemarin. Ketika kami sampai diperempatan ringroad seorang teman yang membaca baliho iklan alat elektronik besar menyeletuk. “sekarang AC murah-murah ya”, teman lain menjawab, “Berapa?”. Sesaat kemudian mengalir perbincangan tentang ketertarikan teman itu untuk membeli AC untuk rumahnya karena sekarang ini terasa semakin panas.
Saya kemudian teringat tentang teori
Garrett Hardin yang disebut dengan Tragedy Of The Commons yang
akhir-akhir ini saya rasa sangat relevan untuk menjelaskan fenomena
berkaitan dengan perilaku orang-orang terhadap perubahan cuaca yang
sedang kita rasakan bersama. Hardin mengatakan bahwa perilaku kita
bersama terhadap resouce terbatas yang kita gunakan bersama dapat
mengarah pada kerugian bersama ketika setiap orang bertindak demi
keuntungan dirinya sendiri-sendiri. Salah satu contohnya adalah AC,
ketika cuaca semakin dirasa panas orang kemudian berpikir bagaimana
menjadikan cuaca di rumahnya dingin dan sejuk salah satunya memasang AC
yang harganya kini semakin murah. Orang mungkin berpikir bahwa memasang
satu atau dua AC dirumah tidak akan berdampak banyak bagi dunia, namun
ketika 2 juta atau 3 juta orang berpikir yang sama maka pemasakan sekian
banyak AC akan berdampak pada lebih panasnya dunia yang berdampak tidak
hanya pada yang memasang AC tetapi juga terhadap orang lain.
Begitupun dengan perilaku kita terhadap
BBM, terhadap sampah dan lain-lain yang kalau tidak disadarkan dengan
benar terhadap dampak besar dari perilaku tersebut, perilaku itu akan
terasa biasa, namun kalau direnungkan dampak ketika dilakukan
bersama-sama akan terasa sangat besar dampaknya.
#dikutip dari : http://nasiruddin.edublogs.org/page/2/
Permasalahan
dari populasi tidak hanya memerlukan solusi teknis, akan tetapi solusi
mendasar yang mempertimbangkan mengenai moralitas. Dicontohkan dalam
kasus sebuah perang nukir Wiesner dan York, bahwasannya tentara akan
mengalami kenaikan power dalam militer ( akan tetapi hal ini menurunkan
stabiltas keamanan dari suatu negara ). Solus teknis ini lebih mengarah
pada teknik yang digunakan dalam ilmu alam, dan tidak mampu berbuat
apapun dalam merubah nilai kemanusiaan sebagai ide dari adanya
moralitas.
Problem dari populasi selalu mengaitkan technologically
sebagai solusi, yaitu cara – cara memasukkan solusi teknik dan ini
ternyata menimbulkan dampak bagi alam. Kita dapat mengoptimalkan
permasalahan populasi yaitu menyadari bahwa semuanya terbatas. Populasi
yang terbatas pastinya lebih menguntungkan daripada pada kasus peledakan
populasi. Susah untuk mewujudkan populasi yang terbatas, karena alasan
logika matematika dan juga biologi ( dimana untuk mempertahankan hidup,
organisme harus mendapatkan sumber energi. Mengoptimalkan populasi
berbeda dengan memaksimalkan populasi, mengoptimalkan lebih menekankan
pada kualitas hidup organism yang dioptimalkan. Adam Smith menyatakan
perlu adanya kontrol dari orang – orang sebagai suatu prosedur untuk
mewujudkan populasi yang optimal.
Tragedy of Freedom in Commons
Whitehead
menggunakan kata tragedi bukan untuk keadaan yang tidak membahagiakan.
Tragedi terletak pada kesungguhan dari kekejaman tanpa belas kasihan
dari bekerjanya suatu pikiran. Logika rasional mempertanyakan mengenai
apa kegunaan menambah hewan peliharaan dalam ternak kita? Jawabannya
adalah dari komponen negatif yang secara matematika dapat menambah
keuntungan +1, dan komponen negatifnya dapat mengurangi keuntungan
berupa -1. Secara kuantitas pastinya hewan menjadi bertambah, dan secara
kualitas menjadi menurun. Kebebasan atau freedom membawa keruntuhan
pada semua aspek hal dalam populasi. Edukasi dapat melawan tendensi
secara natural pada pemikiran yang salah. Logika pada masyarakat umum
yang digunakan juga harus dipahami untuk jangka panjang, misalnya
penggunaan lahan pertanian untuk membuka industry real estate.
Negara maritim yang mempunyai makna bebas memanfaatkan laut, juga
kadangkala menjadi problem. The National Parks memberikan opsi lain
tentang tragedy umum yang sedang terjadi, dimana didalamnya tidak ada
barang privat serta adanya perasaan untuk menjaga secara bersama.
Pollution
Kita
tidak punya perkembangan solusi dari apa yang terjadi pada polusi udara.
Problem dari adanya polusi adalah konsekuensi dari populasi. Tragedi
ini juga muncul dari banyaknya barang privat yang dimiliki oleh manusia,
serta aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebebasan adalah kunci,
bahwa hak dan kebebasan perlu diredefiniskan. Hal ini disebabkan
penyalahgunaan makna kebebasan dan hak oleh manusia.
How To Legislate Temperance?
Moralitas
adalah sebuah aksi dari fungsi pemerintahan sebagai sistem pada waktu
tertentu dan membuktikan dengan aksi. Moralitas tidak hanya diartikan
pada bentuk visual, akan tetapi lebih pada kata dan bukti. John Adams
menyatakan bahwa perlu keterlibatan hukum dalam pemerintahan dan bukan
dari kekuasaan pihak – pihak yang mempunyai kepentingan.
Freedom To Breed Is Intolerance
Pada permasalahan populasi, prinsip ‘dog eat dog’
adalah prinsip yang buruk. Kita dapat mengetahui bahwa anak – anak
dalam keluarga banyak yang tidak mempermasalahkan masalah – masalah
publik. Pasangan yang menginginkan anak selalu menggunakan kebebasan
untuk mempunyai anak dalam keluarga yang mempengaruhi jumlah populasi
manusia.
Conscience Is Self – Eliminating
Keturunan
dari generasi selanjutnya memungkinkan untuk meneruskan apa yang
dilakukan oleh generasi sebelumnya, misalnya adalah balas dendam. Sifat
dari suara hati generasi ke generasi, bersifat turun – temurun.
Akibatnya attitude akan ditransmisikan ke generasi selanjutnya.
Pathogenic Effects Of Conscience
Kadangkala
orang – orang membenarkan suatu tindakan mengeksploitasi alam,
dikarenakan ia beralasan dari suara hati. Bentuknya yaitu intended communication dan unintended communication. Banyak kita dengarkan adanya responsible parenthood yaitu pasangan yang seperti organisasi dan mengontrol kelahiran anak. Responsibility dalam konteks ini yaitu to get something for nothing. Responsibility ini merupakan produk dari perencanaan sosial tertentu.
Mutual Coercion
Mutually Agreed Upon
Coercion
kadangkala mempunyai implikasi pada tindakan sewenang – wenang yang
tidak ramah, dan birokrat yang tidak responsif. Penulis menekankan bahwa
coercion ini tercipta secara dua arah atau saling menguntungkan dan disetujui. Asumsi ketidaksadaran adalah bahwa status quo adalah keadaan yang sempurna dan kita mempunyai pilihan diantara reformasi atau tidak melakukan apapun. Aksi dalam status quo dapat dilakukan dengan cara : aware,
mengkomparasikan diantara keuntungan dan ketidakuntungan dari reformasi
dan mengurangi sebisa mungkin kegagalan dari eksperimen.
Recognition Of Necessity
Kesimpulan
dari semuanya adalah bersifat justifiable ( dapat dijustifikasi ).
Pertama, saran dari penulis adalah kita harus meninggalkan kebiasaan
seperti food gathering, penutupan lahan pertanian, mengawasi
padang rumput dan perburuan dalam area perikanan. Pastinya hal ini
tidaklah dapat dilakukan dengan sempurna. Negara - negara juga gencar
berperang pada polusi dari industry – industry yang ada. Pemerintahan
juga harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal demi melengkapi
kebutuhan transportasi bagi populasi. Makna dari hak dan kebebasan
menjadi sebuah masalah di jaman modern. Kebebasan hanya dimaknai
melakukan sesuatu dengan bebas dan sesuka hati. Kebebasan adalah
pengakuan dari adanya kebutuhan manusia. Harus diingat bahwa tidak ada
solusi teknis yang memecahkan misteri dari fenomena peledakan penduduk.
Suara nurani dapat dipelihara dalam jangka panjang untuk memikirkan
kembali apa yang kita lakukan, dan pertimbangan dari kegelisahan untuk
jangka pendek. Peran edukasi adalah untuk membuka peluang memerangi
kebebasan yang dapat merusak alam.
#dikutip Dari: http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/27/the-tragedy-of-the-common/